Kenangan tentang dia.
Kulangkahkan kakiku menuju café yang sering kukunjungi akhir akhir ini
lagi sembari tersenyum tidak jelas. Biarlah orang
mengatakan apapun padaku karena aku tidak peduli. Karena hanya dia seorang yang
membuatku tersenyum dan tersakiti mengingat apa yang ia lakukan padaku meski
raganya sudah tidak ada disekitar sini.
Dia hanya seorang
manusia biasa. Bukan seorang pengusaha ataupun konglomerat yang berlimpah
harta. Berbekal ketampanan dan juga kecerdasan yang dimilikinya saat berbicara,
ia telah membawa perasaan ini jatuh pada tempatnya. Aku tahu hal ini memang
seharusnya tidak terjadi, tapi dia yang memulai semua ini terjadi.
Klining.
Suara bel yang selalu
menyambut kedatanganku bergema pada ruangan sederhana ini. Kulangkahkan kakiku
menuju meja pojok yang berdekatan dengan kaca besar yang memperlihatkan jalanan
sekitar pada sore hari ini.
Meja favoritku dan ia.
Kulihat kursi depanku
yang terasa kosong. Biasanya dia selalu ada disana, menghiburku jika aku sedang
berada dalam masa sulit ataupun membuatku tertawa karena lelucon yang ia
lontarkan. Tertawa hambar mengingat itu semua kembali.
Sudahlah,
memangnya apa yang bisa kau harapkan darinya Dee.
Sembari menunggu hot
chocolate pesananku, kulihat para pejalan kaki berhamburan mencari tempat
berteduh karena hujan tiba tiba membasahi bumi ini tanpa sebab. Dan lagi lagi, hal
ini teringat akan pertemuan singkat dengan pria itu.
Mengapa
kau selalu memikirkannya, Dee? Bukannya kau sudah berjanji pada dirimu sendiri
agar melupakannya?
Memang, aku sudah
mencoba melupakannya untuk kesekian kalinya. Tapi setiap waktu yang bergulir
dan kejadian yang selalu kulihat, mengingatkanku akan dirinya, dan aku sudah
menyerah. Biarlah memori pada otakku menyimpan kenangan akan dirinya.
Pikiranku teralihkan
oleh seorang pelayan yang mengantar pesanan hot chocolate ku. Kuucapkan terimakasih
padanya dan ia hanya tersenyum sembari berbalik melayani pelanggan yang lain.
Hot chocolate. Kupandangi
minuman itu yang masih menggebu dalam cangkirnya, bertanda jika cairan itu
masih panas. Entah mengapa, bibir ini membentuk sebuah senyuman dan tawa yang
sangat kecil. Ia pernah memarahiku karena aku selalu memesan minuman ini, dan
ia bilang rasa manis yang terlalu banyak berbahaya untuk kesehatan, tapi aku
tidak pernah menanggapi perkataannya itu.
Bodoh
sekali diriku yang menyiakannya.
Kulihat kembali pada jalanan
yang sudah basah oleh air yang turun semakin derasnya. Tanpa persetujuanku,
mata biru ini melihat sepasang kaum hawa dan kaum adam diujung jalan sana. Kulihat
dengan seksama apa yang dilakukan mereka berdua. Memang tidak baik menguntit
apa yang dilakukan oleh orang itu, tapi entah darimana ada dorongan pada diriku
agar melihat mereka diujung jalan sana.
Sang pria memulai
aksinya dengan membuka jaketnya dan memakaikannya pada sang wanita. Mereka bercakap
dengan ria sembari tertawa tanpa memedulikan orang orang yang sedang beralu
lalang mencari tempat berteduh dan derasnya hujan.
Seandainya
kau ada disini, Fan.
Aku tersenyum melihat
sepasang manusia itu. Dan entah disengaja atau tidak, pria itu menatap kearah café
ini dengan terkejut, dan pada saat itu juga senyumanku hilang.
Kualihkan pandanganku
pada mereka dengan menundukkan kepala. Kutenangkan perasaanku yang entah
mengapa terasa sesak saat ini.
Seandainya
aku bisa merubah segalanya, bisakah aku berada disampingmu lagi atau
sebaliknya, Fan?
-----
Diikut sertakan dalam #QuizDy
https://www.facebook.com/notes/dy-lunaly/quizdy-are-you-stalker-or-php-er/433948023439769?notif_t=like