Minggu, 15 Maret 2015

Sepenggal Kenangan


Kenangan tentang dia. Kulangkahkan kakiku menuju café yang sering kukunjungi akhir akhir ini lagi   sembari tersenyum tidak jelas. Biarlah orang mengatakan apapun padaku karena aku tidak peduli. Karena hanya dia seorang yang membuatku tersenyum dan tersakiti mengingat apa yang ia lakukan padaku meski raganya sudah tidak ada disekitar sini.

Dia hanya seorang manusia biasa. Bukan seorang pengusaha ataupun konglomerat yang berlimpah harta. Berbekal ketampanan dan juga kecerdasan yang dimilikinya saat berbicara, ia telah membawa perasaan ini jatuh pada tempatnya. Aku tahu hal ini memang seharusnya tidak terjadi, tapi dia yang memulai semua ini terjadi.

Klining.

Suara bel yang selalu menyambut kedatanganku bergema pada ruangan sederhana ini. Kulangkahkan kakiku menuju meja pojok yang berdekatan dengan kaca besar yang memperlihatkan jalanan sekitar pada sore hari ini.

Meja favoritku dan ia.

Kulihat kursi depanku yang terasa kosong. Biasanya dia selalu ada disana, menghiburku jika aku sedang berada dalam masa sulit ataupun membuatku tertawa karena lelucon yang ia lontarkan. Tertawa hambar mengingat itu semua kembali.

Sudahlah, memangnya apa yang bisa kau harapkan darinya Dee.

Sembari menunggu hot chocolate pesananku, kulihat para pejalan kaki berhamburan mencari tempat berteduh karena hujan tiba tiba membasahi bumi ini tanpa sebab. Dan lagi lagi, hal ini teringat akan pertemuan singkat dengan pria itu.

Mengapa kau selalu memikirkannya, Dee? Bukannya kau sudah berjanji pada dirimu sendiri agar melupakannya?

Memang, aku sudah mencoba melupakannya untuk kesekian kalinya. Tapi setiap waktu yang bergulir dan kejadian yang selalu kulihat, mengingatkanku akan dirinya, dan aku sudah menyerah. Biarlah memori pada otakku menyimpan kenangan akan dirinya.
Pikiranku teralihkan oleh seorang pelayan yang mengantar pesanan hot chocolate ku. Kuucapkan terimakasih padanya dan ia hanya tersenyum sembari berbalik melayani pelanggan yang lain.
Hot chocolate. Kupandangi minuman itu yang masih menggebu dalam cangkirnya, bertanda jika cairan itu masih panas. Entah mengapa, bibir ini membentuk sebuah senyuman dan tawa yang sangat kecil. Ia pernah memarahiku karena aku selalu memesan minuman ini, dan ia bilang rasa manis yang terlalu banyak berbahaya untuk kesehatan, tapi aku tidak pernah menanggapi perkataannya itu.

Bodoh sekali diriku yang menyiakannya.

Kulihat kembali pada jalanan yang sudah basah oleh air yang turun semakin derasnya. Tanpa persetujuanku, mata biru ini melihat sepasang kaum hawa dan kaum adam diujung jalan sana. Kulihat dengan seksama apa yang dilakukan mereka berdua. Memang tidak baik menguntit apa yang dilakukan oleh orang itu, tapi entah darimana ada dorongan pada diriku agar melihat mereka diujung jalan sana.

Sang pria memulai aksinya dengan membuka jaketnya dan memakaikannya pada sang wanita. Mereka bercakap dengan ria sembari tertawa tanpa memedulikan orang orang yang sedang beralu lalang mencari tempat berteduh dan derasnya hujan.

Seandainya kau ada disini, Fan.

Aku tersenyum melihat sepasang manusia itu. Dan entah disengaja atau tidak, pria itu menatap kearah café ini dengan terkejut, dan pada saat itu juga senyumanku hilang.

Kualihkan pandanganku pada mereka dengan menundukkan kepala. Kutenangkan perasaanku yang entah mengapa terasa sesak saat ini.


Seandainya aku bisa merubah segalanya, bisakah aku berada disampingmu lagi atau sebaliknya, Fan?

-----
Diikut sertakan dalam #QuizDy
https://www.facebook.com/notes/dy-lunaly/quizdy-are-you-stalker-or-php-er/433948023439769?notif_t=like